Tiba-tiba saja adikku sms, “Osa. Bro krm almt email w dunk”. Bergitu persih sms yang kuterima sesaat setelah aku menyantap makan malam di kos sendirian, ditemani rasa dingin nan sejuk sehabis hujan serta musik di playlist ku-set satu lagu yang kusukai—I’m Yours. Rasa kangen spontan menyinggahi hatiku, rindu akan rumah, terutama suasana persis seperti kalau habis hujan begini. Pasti kalau di rumah, aku dan si adikku yang bandel (aku sering meledek dia dengan sebutan bandel) asik ngobrol, menceritakan kisahku yang tak seberapa ini dengan harapan bisa memotivasinya. Dari timur sampe ke barat, kembali lagi ke timur. Tidak akan pernah habis rasanya bahan obrolan kami di rumah. Maklum saja, di rumah hanya tinggal kami ber-empat, aku (sebelum kuliah jauh), adikku, ayahku, dan ibuku.
Ayah biasanya pergi istirahat lebih dulu, mungkin saja rasa pegal, capek, dan lelah mengalahkan keinginannya untuk mengobrol bersama kami (aku dan adikku) setelah seharian mengurus ladang dan ternak. Sedangkan ibu sibuk di dapur menyiapkan keperluan untuk besok paginya atau sibuk membuat canang (sarana persembahyangan) tapi biasanya kalau aku lagi pulang waktu libur kuliah pasti lebih sering dan hampir setiap saat aku dan ibuku terlibat percapakan yang seru dan tak mengenal waktu (haha, jadi homesick). Tinggallah aku dan adikku yang ngalor-ngidul ‘kata orang jawa’ ngobrol. Sejak aku kuliah di Jakarta, suasana itu semakin aku rindu, obat yang paling mujarab menghilangkan rasa rindu itu adalah menelfon ibu, bapak, dan adikku.