Sunday, April 15, 2012

Life Is Giving Not Asking

Beberapa hari terakhir saya banyak merenungkan apa yang telah saya lakukan, apa yang orang pikirkan terhadap perbuatan saya, dan bagaimana saya sebaiknya  bersikap. Sikap kita mencerminkan kepribadian kita. Kepribadian kita mencerminkan pemikiran-pemikiran kita, hasrat-hasrat kita, serta harapan-harapan kita. Pikiran kita adalah hasil dari perenungan dan pengolahan emosi kita.

Manusia adalah mahluk berakal, itulah yang membedakan manusia dengan mahluk Tuhan yang lain. Manusia dalam dirinya sendiri dapat memikirkan apa yang terbaik untuk dirinya serta orang-orang disekitarnya melalui perenungan-perenungan lewat akal. Manusia mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ia hadapi dengan cara yang berbeda satu sama lainnya. Dan manusia mampu mengubah peradabannya karena akalnya.

Saya pun sebagai manusia mengalami hal yang sama. Saya diberi akal oleh Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang Tuhan berikan untuk saya. Saya mampu belajar dari masa lalu dan pengalaman. Saya mampu merenungkan di mana kesalahan saya di masa lalu. Ya, untuk saat ini saya sampai pada tahap ini. Saya sampai pada kesimpulan dan pemikiran bahwa hidup kita akan sia-sia belaka jika kita hanya memikirkan diri kita sendiri.

Memikirkan kesenangan dan kebahagiaan sendiri memang memberikan kita kenikmatan namun tahukan Anda bahwa memikirkan kesenangan orang lain serta ingin membagi kebahagiaan kita dengan orang lain itu jauh lebih nikmat. Ada rasa yang tak habis-habisnya untuk bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. sebaliknya, jika hanya memikirkan diri sendiri kita akan cenderung egois dan tertutup. Rasa puas tidak pernah mampir di hati kita. kurang dan kurang, itu yang kita rasakan.

“Life Is Giving Not Asking” itu adalah semboyan yang saya yakini. Kalau kita mampu dan bisa memberi lantas kenapa kita harus meminta? Bukankah memberi itu lebih membuat kita merasa berlebih bukan kekurangan? Ya, saya yakin pribadi yang telah pada titik di mana memberi lebih indah daripada menerima akan setuju dengan semboyan itu.

Gagalnya konsep “Life Is Giving Not Asking” diterapkan
Kalau kita amati dinamika yang terjadi akhir-akhir ini tentu akan bisa disimpulkan bahwa orang akan cenderung lebih suka menerima daripada memberi. Cobalah amati pembicaraan tokoh-tokoh yang menjadi narasumber di stasiun-stasiun TV. Saya pribadi dapat membaca ke mana arah pembicaraan mereka. Seolah-olah ada bayangan yang ada di belakang mereka. Terlihat sekali mereka memihak dan tidak objektif. Kepentingan golongan lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat.

Jika orang yang memeng benar-benar memahami konsep dari “Life Is Giving Not Asking” maka sikap dan perbuatannya akan tercermin semua yang ia lakukan adalah tidak semata-mata untuk dirinya sendiri. Apalagi sebagai pejabat yang menjadi wakil dari kepentingan orang banyak. Bukannya memikirkan orang banyak malah hanya mementingkan golongan yang akhir-akhirnya untuk kepentingan diri sendiri.

Yang kita dapat dan kita miliki hanyalah semu semata, itu semua adalah titipan dari Tuhan. Tidak ada baiknya terlalu mendewakan apa yang kita miliki. Ada baiknya kita berfikiran bahwa “Apa yang saya miliki adalah milik semua orang”. Dengan begitu kita akan lebih bertoleransi dan memahami makna Life Is Giving Not Asking. Jika saja banyak yang dapat memahami dan menerapkan konsep ini, saya yakin banyak yang akan ikut merasakan kebahagiaan kita.

Lantas Apa contaohnya?
Ini hanya contoh kecilnya, misalkan di suatu daerah seorang yang dipandang mampu memahami konsep ini. Maka saya rasa ketika ia melihat di lingkungannya banyak balita yang sakit-sakitan, tingkat kematian ibu hamil yang tinggi, dan kesehatan lingkungannya pada umumnya menghawatirkan sedangkan untuk memperoleh pengobatan yang baik mereka harus merogoh kocek yang dalam untuk kesehatan mereka. Bahkan ada di antara mereka yang tidak mampu berobat akhirnya membiarkan sakitnya berlarut-larut dan menjadi lebih parah. Hal ini karena rata-rata untuk makan saja masih kesulitan apalagi untuk  berobat yang kita tahu sendiri biaya pengobatan itu mahal.

Ia yang peka, maka ia akan mendirikan sebuah klinik yang berkualitas dan dengan harga terjangkau bagi masyarakat sekitarnya. Ia yang mempunyai kemapuan akan merekrut tenaga kesehatan untuk bekerja sama. Apakah si dokter membuka prakteknya di klinik setiap akhir pekan atau hari-hari teertentu. Dengan begitu masyarakan sekitar akan merasakan manfaat dari klinik tersebut.
--0--

Saya rasa contoh yang saya angkat mungkin saja sederhana dan mungkin saja ada ide-ide yang lebih baik. Yang saya tekankan di sini adalah bahwa peran kita walau sekecil apapun akan sangat bermanfaat bagi sebagian orang.

So, mulai yuuk dari sekarang jangan hanya memikirkan diri sendiri. Coba pikirkan, alangkah bersyukurnya kita diberi kesempatan yang lebih baik dari saudara-saudara kita yang masih banyak kurang beruntung di luar sana. Mereka merasakan begitu keras hidup ini. Nah, di sinilah kita dapat mengambil peran membagikan kebahagian kita, walau sekecil apa pun peran kita.

Salam berbagi kawan-kawan semua, sekali lagi “Life Is Giving Not Asking”...

0 comments :

Post a Comment