Sebentar lagi kita akan menyongsong tahun politik, tahun
2014. Sebutan tahun politik karena pada tahun tersebut diadakannya pesta
demokrasi. Apa itu pesta demokrasi? Apa lagi kalau bukan pemilu. Masa bakti
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan habis di tahun 2014, kita tunggu saja
siapakah figur calon presiden dan wakil presiden pengganti beliau.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan
modern, kita dituntun untuk dinamis terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Salah
satunya adalah proses pemilihan presiden yang dari tahun 2004 dilakukan secara
demokratis. Namun ada satu permasalahan yang menurut saya akan menghambat kematangan
proses demokrasi tersebut, kesadaran politik masyarakat.
Seharusnya dengan proses pemilihan yang demokratis ini
rakyat berperan aktif dalam menentukan figur pilihannya, namun yang terjadi di
lapangan adalah tindakan masyarakat yang cenderung apatis. Ini terbukti dari
banyaknya golput di beberapa pemilihan kepala daerah yang baru-baru ini
dilaksanakan. Dari tahun ke tahun survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga
hasilnya amat mencengangkan, golput terus meningkat seiring proses demokrasi
yang mengarah kepada kematangan.
Tentunya banyak faktor yang menyebabkan masyarakat antipati
dan apatis terhadap dunia perpolitikan, salah satunya adalah banyak politisi
yang tersandung kasus korupsi. Rakyat seakan jengah dengan apa yang terjadi
saat ini. Yang mereka tahu adalah para petinggi memperjuangakan nasib mereka. Namun
apa yang terjadi merupakan kebalikannya, sehingga keengganan untuk menentukan
figur yang akan memperjuangakan nasib mereka pun urung dilakukan.
Selain faktor persepsi masyarakat yang demikian, saya
menangkap bahwa pendidikan politik di negeri kita ini memang belum bisa
mengimbangi keinginan agar demokrasi kita matang. Pendidikan politik bukan
melulu soal memberikan ceramah tentang teori politik ke khalayak, tentu saja
tidak semua orang dapat mengaksesnya dengan cara yang demikian. Pendidikan politik
menurut saya yang efektif adalah teladan di dalam dunia politik. Di sinilah
para petinggi memberikan contoh tindakan-tindakan yang dapat masyarakat tiru dan
contoh. Masyarakat akan sadar betul bahwa memang seperti inilah caranya
berpolitik.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, petinggi di negeri
kita ini sibuk dengan urusan pribadi dan golongannya. Lupa memberi pendidikan
politik dasar yang diinginkan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang
menjadi enggan hanya sekedar mendengar kata politik pun. Efek lebih buruknya
adalah antipati dan apatisme masyarakat terhadap politik dengan tindakan
golput. Kalau sudah begitu bukannya demokrasi kita akan menjadi semakin maju
malah akan mengalami kemunduran.
Tulisan sederhana ini saya tujukan untuk pengharapan semoga
ke depan akan muncul figur-figur pemimpin yang mampu memberi pendidikan politik
yang baik kepada masyarakat sehingga proses demokrasi kita kian matang. Semoga politik
yang dianggap kejam tidak lebih kejam dari ibu tiri. Mari kita sama-sama
mendewasakan diri agar negara kita semakin bermartabat.
0 comments :
Post a Comment