Sunday, January 22, 2012

Aku Cinta Mengajar (Membagi Ilmu)

Aktivitas saya akhir-akhir ini bertambah dan saya menikmatinya. Selain kuliah saya punya dunia di mana saya merasa sangat senang melakukannya—mengajar. Ya, setiap musim USM (Ujian Saringan Masuk) akan dimulai di saat itulah waktu bagi saya mengaktualisasikan diri saya mengajar atau lebih enaknya disebut membagi ilmu.

Aktivitas ini sudah saya lakukan sejak di tingkat 1 (semester 2) sampai sekarang. Mengajar di sebuah lembaga yang dapat memberikan ruang bagi saya untuk berinteraksi membagi ilmu kepada orang-orang yang penuh optimisme (red: adik-adik kelas SMA) yang bermimpi ingin membuat orang tua mereka bangga dan menjadi kebanggaan tentunya.

Ada banyak kisah yang terangkum rapi di memori saya dari awal saya mengajar USM. Diawali hari pertama mengajar telat 30 menit serta liku-liku cinta lokasi pun pernah menyambangi saya (yang ini mohon diabaikan, haha).


Mengajar bagi saya adalah sarana untuk mengimprovisasi diri. Mulai dari cara berbicara yang komunikatif kepada orang banyak, melawan rasa canggung dan gugup, menguasai audiens, dan banyak hal lagi yang bisa saya ambil dari mengajar.

“Pengajar itu adalah aktor terbaik”, kutipan kata-kata itu pernah diucapkan salah seorang rekan di lembaga di mana saya mengajar. Wah, memang benar adanya kata-kata itu. Bayangkan saja, saat kita pribadi mendapat masalah kita harus tetap riang di depan kelas. Tidak mungkin rasanya seorang pengajar terlihat cemberut tidak keruan di depan kelas. Nah, di sinilah “The art of teaching” itu mengajari kita untuk tetap tersenyum dan tenang.

“The best way to learn is teaching”, nah kutipan ini lahir dari perkataan dosen Bahasa Inggris saya sewaktu semester 1. Ini sangat benar sekali. Mereka yang pengajar pasti memahami manfaat dari mengajar. Suatu disiplin ilmu akan terserap dengan baik oleh kita jika kita mengajarkan apa yang kita pelajari. Karena dalam mengajar kita tidak hanya dituntut mengerti tetapi bagaimana agar orang lain pun mengerti yang kita pahami. Nah, pengertian dan pemahaman yang kita dapat akan jadi berlipat ganda. Hasilnya tentu juga sangat baik.

Setiap saya ingat dua kutipan di atas, saya biasanya tersadar betapa beruntungnya saya bisa melakukannya (mengajar). Selain itu yang lebih penting saya cinta mengajar. Mengajar bagi saya adalah suatu kegiatan membagikan apa yang sedikit saya pahami dan ketahui.

Makanya saya sangat menghormati pendidik baik itu guru, dosen, instruktur, dan semua profesi pendidik. Bayangkan saja, kita tidak akan bisa sampai pada titik ini jika tidak ada para guru SD kita yang mengajari kita membaca, menulis, dan berhitung. Tidak akan bertambah ilmu kita jika tidak dibimbing lebih lanjut oleh guru-guru SMP kita. Dan tentunya untuk sampai di perguruan tinggi peran besar guru SMA kita tidak boleh kita abaikan.

Apa pun bentuk pekerjaannya dan apa pun bidang yang ia kuasai, mereka semua itu ada berkat adanya guru (pendidik). Sebut saja posisi paling tinggi di Indonesia, Presiden. Dari manakah ia mendapatkan ilmu? Tentu dari sang Guru. So, Everyone comes from a teacher.

Semoga apa yang saya uraikan ini bisa menyadarkan kita semua betapa seroang pendidik berperan begitu penting dalam kehidupan ini, dan mari menjadi pendidik yang baik dimulai dari mendidik diri sendiri, adik, keluarga atau lebih luas lagi mendidi bangsa ini agar menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan beradab dengan cara masing-masing tentunya.

Suksesi negara kita ke depan ada di tangan generasi penerusnya, sedangkan yang mendidik generasi penerus itu adalah sang Guru (pendidik). Jadi kemajuan bangsa adalah di tangan guru. Salam semagat!

0 comments :

Post a Comment