Monday, August 22, 2011

Garam dan Masalah Hidup

Sampai detik ini kini aku sangat menikmati hidup yang telah Tuhan berikan kepadaku. Nikmat yang telah dilimpahkan, rasanya aku beruntung memiliki itu semua. Cara mensyukuri hidup memang tidaklah harus kita pergi ke Las Vegas menghabiskan malam yang tak pernah redup, ke Punkhit Thailand menikmati indahnya panorama alam, ke Hawai merasakan sensasi kualitas wisata favorit warga dunia.

Bagiku, menikmati hidup itu cukup menarik nafas yang panjang dan katakan dalam hati, “Ya Tuhan, Aku masih bisa bernafas tanpa kendala”. Mudah bukan? Hiruplah nafasmu panjang-panjang dan tahan sebentar kemudian lepaskan perlahan-lahan, rasanya damai, tenang, dan inilah salah satu nikmat yang selalu bisa kita rasakan tanpa dirasan (red: disadari).


Ketika penat melanda pikiran, ada baiknya Anda istirahatkan sejenak pikiran Anda, cobalah pikirkan nasib anak-anak jalanan yang harus tidur bertemankan nyamuk yang ganas. Sedangkan kita bisa lelap tidur bahkan lupa bangun alias bemalas-malasan. Entah mengapa ketika saya melihat anak-anak jalanan beserta teman-teman dan sanak familinya (red: semacam itu) saya begitu prihatin dan sekaligus saya bisa langsung belajar dari mereka.

Saya dapat mempelajari sesuatu dari anak jalanan, suatu ketika saya pernah di jalan mendapati anak jalanan dengan sak/karung di sampingnya tertidur pulas di samping jalanan. Alangkah berat hidup yang dihadapi anak itu, pikirku dalam hati.

Kemudian saya ingat dengan kisah yang pernah saya baca, kisah ini bercerita tentang seseorang yang selalu berkeluh kesah akan permasalahan hidup yang dijalaninya. Hingga mengantarkan ia pada seorang lelaki tua yang bijak. Begini nih ceritanya kurang lebih.

Suatu hari seorang lelaki mudah yang masih gagah datang dengan penuh putus asa. Kemudian si lelaki tua bertanya, “Hei anak muda, mengapa engkau terlihat murung?”. Lelaki muda itu menjawab, “Saya menghadapi masalah yang begitu terasa membebani hidup ini Pak”. Kemudian lelaki tua itu bertanya kembali, “Apakah begitu besar masalahmu sehingga kau terlihat begitu putus asa?”. Si lelaki muda hanya mengangguk mengiyakan.

Lelaki tua yang bijaksana itu terlihat berfikir sejenak, sontak saja kerut di dahinya begitu terlihat. Masih dengan keadaan semula, lelaki muda itu tampak tidak memiliki gairah hidup. Mungkin baginya masalah yang ia hadapi adalah akhir dari hidupnya. Tetapi cobalah merenung, bukankah nelayan yang tangguh itu terlahir dari badai yang garang? Bukankah tajamnya pisau karena melalui proses diasah yang begitu menyakitkan?

Tampaknya lelaki tua itu sudah memiliki ide untuk memberi nasehat kepada lelaki muda tersebut. “Aku bisa saja menasehatimu dengan kata-kataku yang renta ini anak muda, tetapi akan aku tunjukan sesuatu padamu” gumamnya dalam hati.

Iya sempat menyelinap kemudian muncul membawa segenggam garam dan segelas air berisi air putih. “Untuk apa garam dan segelas air putih ini Pak?” tanya anak mudah itu dengan penuh penasaran. “Masukanlah garam itu ke dalam gelas” pinta si lelaki tua. Lelaki muda itu menuruti perintah lelaki tua tanpa bertanya lagi.

“Nah, sekarang minumlah air itu!”, terdengar perintah lelaki tua itu lagi. Sempat bingung si lelaki muda dibuat lelaki tua itu, tapi semangat hidup tampaknya sudah tidak ada lagi terlihat di raut lelaki muda itu. Secepat kilat ia minum air garam itu. “Bagaimana rasanya?” tanya si lelaki tua. “Asin Pak” jawab si lelaki muda.

Kemudian tanpa bertanya lagi si lelaki tua itu mengajak si lelaki muda itu ke sebuah danau yang tak jauh dari rumah lelaki tua tersebut. Sesampainya di danau tersebut lelaki tua itu memeberi segenggam garam lagi kepada lelaki muda itu, “Masukanlah garam ini ke danau”, pinta si lelaki tua itu lagi. Tanpa bertanya lagi si lelaki muda itu menuruti perintah si lelaki tua itu. “Kemudian, minumlah air danau ini!” perintah selanjutnya dari si lelaki tua. Kemudian lelaki muda itu menurut. Bertanyalah si lelaki tua, “Bagaimana rasanya?” lelaki muda itu menjawab, “Biasa saja, seperti air biasa”.

“Begitulah kira-kira keadaan kita ketika kita menghadapi masalah hidup, besar atau kecilnya masalah itu tergantung sikap kita. masalah akan kau rasakan besar seakan hidupmu berakhir tatkala hatimu seperti segelas air namun masalah sebesar apapun akan terasa biasa saja ketika hatimu seperti danau ini” jelas si lelaki tua. Kemudian, si lelaki muda itu mengerti dan pamit untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.

Beberapa hari kemudian datanglah kembali si lelaki muda itu tetapi bukan dengan wajah yang putus asa melainkan dengan wajah yang penuh gairah dan harapan. Ia menceritakan bagaimana ia menghadapi setiap permasalah hidup yang ia jalani kepada si lelaki tua nan bijaksana sekaligus berterima kasih atas nasehat dan pelajaran yang diberikan si lelaki tua.

Begitulah kisah si lelaki tua dan si lelaki muda yang pernah saya baca, setiap orang pasti menghadapi permasalahan. Besar atau kecil, sering atau jarang itu hanya masalah waktu. Hadapi masalah yang kita hadapi layaknya air di danau yang lapang, dan tenang. Pecahkan setiap masalah dan Anda akan menjadi lebih cerdas.

Rasa syukur, persisten menghadapi masalah hidup ini adalah kunci di mana kita bisa menjadi pribadi unggul yang mampu survive ketika orang lain fail. Selamat mensyukuri apa yang Anda dapat hari ini. Semoga sedikit curcol saya ini bisa menambal lubang-lubang hati yang sakit.

0 comments :

Post a Comment