Thursday, December 15, 2011

Bakar Jagung Dengan Keluarga Baruku

Malam semakin larut, aku pamit pulang ke kos mendahului teman-teman yang kini sudah kuanggap keluargaku yang masih berkumpul di kosan Nico. Ya, malam itu kami (kelas 3X Akuntansi) mengadakan kumpul-kumpul bareng sambil bakar jangung dilanjutkan bakar pisang. Moment ini yang membangun suasana kekeluargaan yang kompak semakin kuat. Dari 35 anak di kelas hampir separonya datang di acara malam itu. Sungguh suatu kebanggaan dan kebahagiaan ada di tengah-tengah mereka. Terima kasih Tuhan, engkau telah mengirim hamba di antara keluarga baru yang hebat. Hebat yang aku kagumi dan banggakan.

Sampai pada goresan tulisan ini menghiasi blogku, aku pada kesimpulan yang dari jauh-jauh hari telah matang oleh pemahamanku sendiri. Di kelas baruku saat ini ada seorang yang menurutku memiliki jiwa perekat satu sama lainnya. Atau bahasa lebih formalnya adalah “father of the class”. Yuppzz dia adalah Indra, nama lengkapnya Indra Hidayat. Rasa hormat dan terima kasihku yang dalam kutunjukkan padanya. Berkat keinginan dan kemauannya membangun suasana kelas lebih dekat kini aku lihat menemui titik terang. Semakin terang, seterang lentera di saat gempit gulita.


Kian hari kebersamaan kami (Kelas 3X) terasa semakin erat. Mulai dari ngopi bareng di warkop, futsal bareng, atau moment seperti ini yaitu bakar jagung. Perasaan saling memiliki  dan memahami mulai tumbuh di hati kami. Aku sangat berharap semua ini akan menjadi suatu kenangan manis yang akan menghiasi hari-hari kelak jika kami sudah berpisah. Berpisah bukanlah kemauan kami, tapi ini lah jalan bagi kami untuk meniti masa depan kami. Ibarat ikan yang ingin bergerak ke laut dari sungai. Menemui lebih banyak tantangan dan bahaya. Begitu juga akan mendapat ilmu dan pengalaman yang lebih dalam.

Selain si Indra, rasa terima kasihku yang besar aku tunjukan ke Nico. Sifat setia kawan dan peduli begitu tampak di dalam dirinya. Aku sangat menhormatinya. Sebagai kawan, saudara, dan juga sebagai mentorku dalam memaknai hidup ini yang harus diwarnai oleh indahnya persahabatan. Apalah arti kepintaran, kekayaan, dan kemansyuran jika tak ada kawan untuk berbagi kebahagiaan. Begitu pula akan terasa begitu getir penderitaan dan kesedihan ini jika kita tanggung seorang diri tanpa sahabat dan saudara. Setidaknya itu makna persahabatan yang aku pelajari dari sosok temanku Nico.

Semoga dengan adanya dua orang tadi bisa menjadi teladan dalam mempererat tali persaudaraan kami di kelas. Kami di sini (3X) akan setahun ke depan bersama-sama berjuang di kampus tercinta. Kampus perjuangan. Mempersiapkan perahu masa depan yang akan mengarungi lautan menuju samudra dari sungai yang menyimpan segala misteri.

Buat kawan, sahabat dan sudah kuanggap saudara seperjuanganku... terima kasih atas kelapangan hati kalian menerima aku ada di tengah-tengah kalian. Aku belajar banyak dari kalian. Kalian adalah sederet orang-orang hebat yang pernah aku temui. Berasal dari berbagai latar belakang dan status sosial tidak menghalangi kedekatan di antara kita. tanpa kalian mungkin arti dan hidupku tidak akan seindah ini. Thank you for everything.
Malam sudah menujukkan pukul 00.05, rasa lelah setelah seharian kuliah dan acara tadi membuatku ingin saja merebahkan badan ini di atas kasur kamar kosku. Tapi hasrat menuangkan tulisan ini menyeretku lebih kuat. So, terima kasih buat pembaca yang telah menyempatkan membaca postingan ini, semoga Anda bisa merasakan apa yang aku rasakan. Rasa cinta yang mulai tumbuh untuk keluarga baruku di sini (Kampus STAN). My family I Love You All... :)

2 comments :

kecup said...

And we call it FAMILY. :D

IWAP-48 said...

I think I know who you are "Kecup" haha.. but you are right... we are now family and forever will be a family... #cheers

Post a Comment