Thursday, September 1, 2011

5 Hal Yang Bisa Kita Pelajari Dari Semut

Tuhan menciptakan semua makluk di dunia ini pasti ada alasan yang tepat. Septerti Tuhan menciptakan semut. Binatang yang kerap kita anggap merugikan dan mengganggu kita. Tapi, tentu saja itu anggapan yang tidak salah juga tidak benar. Semut hanya mencari makan dari makanan sisa yang tidak sengaja kita tumpahkan, apakah mereka salah? Tanpa makanan sisa itu, maukah kita semua memberi makan semut agar mereka tidak menggaggu kita? Tentu ini akan menambah pekerjaan kita bukan?

Kita bisa belajar beberapa keteladanan yang bisa kita terapkan di hidup kita sehari-hari. Lihatlah begitu Tuhan menciptakan binatang bernama semut. Mengapa semut harus memakan makanan sisa yang tumpah tadi? Karena jika makanan tersebut tidak dimakan semut maka sisa makanan tadi akan menjadi bakteri yang merugikan kesehatan kita. Nah, bukankah semut mencegah itu? Jadi jika sekarang kita melihat semut memakan makanan sisa tersebut jangan buru-buru marah-marah tidak jelas, tapi kita bisa secara bijak menyapu atau membersihkannya segera agar mereka tidak ada di dalam rumah kita.

Semut-semut itu lah yang telah menyelamatkan kita dari mungkin saja bakteri yang jahat yang bisa membahayakan kesehatan kita, karena makanan kecil yang tidak kasat mata tersebut yang  tidak akan kita segera bersihkan jika semut-semut tadi tidak memakannya. So, masih marah dengan semut?

Selain semut mengingatkan kita untuk membersihkan sisa makanan yang tumpah tadi, kita juga bisa belajar keteladanan lho dari binatang sekecil semut. Mereka tidak akan meminta kita melakukan yang mereka lakukan, karena mereka melakukan hal baik yang patut kita contoh. Banyak di sekitar kita yang hanya bisa memberi contoh dengan ucapan, tetapi kenyataanya? Nihil. Semut, mengajarkan kita dengan tindakan. Karena kita akan lebih bisa mengikuti contoh dengan tindakan nyata bukan dengan ucapan semata.

Berikut beberapa contoh keteladanan yang dapat kita praktekkan di hidup kita dari guru kecil kita bernama semut:

Gotong-Royong
Sesuatu akan terasa berat bila dikerjakan sendiri. Namun, jika dilakukan bersama-sama akan terasa ringan. Itulah filosofi yang dianut oleh semut. Lihatlah tubuh mereka yang kecil, mereka hampir selalu mendapat makanan yang lebih besar dari ukuran tubuh mereka. Mungkin saja mereka dapat membawa makanan ke sarang sendiri karena pada dasarnya serangga diberi kekuatan yang luar biasa, mereka bisa membawa beban yang berkali lipat dari berat tubuh mereka. Sedangkan manusia, idealnya hanya bisa mengangkat beban sesuai berat badannya.

Semut yang kelihatannya kecil, ternyata mereka tangguh kan? Bayangkan jika semut sebesar manusia? Mungkin binatang sebesar gajah dengan mudah dilemparnya. Menakjubkan bukan?

Dalam perburuan mereka membawa hasil (red: makanan) ke sarang mereka, walaupun sebenarnya mereka sanggup membawanya sendiri namun mereka bergotong-royong membawa makanan ke sarang mereka, pekerjaan yang tadinya berat akan terasa ringan dan mudah. Di samping semangat kegotong-royongan mereka, terselip pesan bahwa siapa pun menemukan makanan maka itu merupakan hasil bersama, jauh sekali dari kesan rakus. Ingat mereka itu ciptaan yang dibawah manusia, namun sifatnya sangat mulia. Lain halnya dengan beberapa segelintir dari manusia yang rakus, egois, individualis yang selalu ingin enak sendiri. Contoh nyatanya adalah para koruptor.

Ramah Tamah
Perhatikanlah ketika semut berpapasan dengan semut lain, mereka selalu bertegur sapa. Tak pandang bulu, mereka selalu menyapa satu sama lain. Tujuan mereka adalah ingin mengetahui apakah semut yang mereka sapa berasal dari satu koloni atau tidak. Mereka itu seperti mesin otomatis, setiap berpapasan selalu menyempatkan bertegur sapa.

Rendah Hati
Semut itu binatang tangguh, seperti yang saya jelaskan di atas, semut dapat mengangkat beban berkali lipat dari berat badan mereka. Namun, ketika membawa makanan ke sarang, mereka tidak menunjukan keperkasaan mereka malah mereka bahu-membahu membawannya bersama-sama.

Kekeluargaan
Semut itu binatang sosial, mereka itu selalu tinggal berkelompok. Mereka membentuk suatu kehidupan, ada pemimpin, ada bawahan. Selalu tinggal bersama-sama dalam satu sarang. Mereka erat sekali menjunjung slogan, besatu kita teguh bercerai kita runtuh.

Dengan bersama-sama tentu mereka akan merasa lebih aman dari serangan predator seperti burung atau reptil. Bayangkan jika mereka sendiri, sang predator akan dengan mudah memangsa mereka. Tetapi lain kata ketika mereka beramai-ramai, si predator akan berfikir dua kali untuk memangsa mereka. Satu yang dimakan maka yang lainnya akan menyerang, mungkin saya menggit selaput mata si predator yang bisa meyebabkan buta.

Menjunjung Harga Diri
Binatang sekecil semut ternyata memiliki harga diri yang tinggi, mereka akan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan. Ketika kita menggaggunya, atau mereka merasa terganggu maka mereka tidak segan-segan memberi peringatan dengan menggigit kita. Harga diri yang hebat dari kawan kecil kita ini.

Nah, itu dia beberapa keteladanan yang bisa kita pelajari dari semut. Mungkin kita semua lupa akan hal-hal seperti di atas apalagi kita ini hidup di negara yang mulai beranjak menganut sistem kapitalis. Di mana uanglah yang berbicara, hal-hal yang dilakukan semut tentu barang mahal. Ada baiknya kita berusaha mencari nafkah (uang) namun tetap menjaga nilai-nilai mulia seperti tangguhnya semut yang tetap bergotong-royang.

Semoga apa yang saya sajikan dapat menjadi bahan renungan kita semua, mengambil pelajaran hidup dari sahabat kecil kita, si tuan semut. Selamat mempraktikkannya kawan, jangan ada kata “Tidak mungkin” jika kita belum mencoba. Berkatalah “Belum” ketika anda gagal namun sudah mencoba. Live your life then Life will Live You.

0 comments :

Post a Comment