Friday, September 16, 2011

Di Balik Rapat Kelulusan Semester 4

Tanggal 15 September 2011, hari yang tidak begitu cerah, awan kelabu menggelayut di langit, hujan di sore hari turun dengan derasnya disertai angin kencang. Ada moment penting hari itu, saat di mana nasib mahasiswa akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) diputuskan kelulusannya untuk satu semester yaitu semester genap. Banyak kisah menarik sekaligus memilukan hati. Mulai dari kabar bahwa kelasku sendiri lulus 100%, tapi di lain pihak ada beberapa puluh teman seangkatanku yang masih tertinggal. Artinya mereka harus keluar dar kampus yang selama 4 semester atau kurang lebih 2 tahun menjadi kampus mereka.

Inilah yang menjadi resiko pilihan kita. kita harus berdebar-debar setiap semester menunggu rapat kelulusan. Bukan seperti universitas lain yang jika salah satu mata kuliah tidak lulus tidak akan di-Drop Out, Indeks Prestasi (IP) serta Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pun tidak ada standar untuk universitas lain. Jika di STAN, IP semester ganjil harus 2,40 dan IPK semester genap harus 2,75. Tidak itu saja, jika salah satu mata kuliah MPK, MPB, MKB terdapat nilai D (41-55) maka walau standar IP atau IPK mencukupi tetap saja harus keluar dari kampus ini. Bukan standar yang mudah dicapai bagi beberapa kawan seangkatanku. Itulah yang melatarbelakangi Drop Out tidaknya mahasiswa STAN.


Lain mahasiswa lain cara belajar dan kemampuan belajarnya pula. Di STAN, mahasiswa satu Spesialisasi (jurusan) akan dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, yang 1 kelas terdiri dari antara 30-40 mahasiswa. Dalam satu kelas ini akan selalu bersama selama 2 semester (1 tahun ajaran). Di sinilah kami, para mahasiswa, menjadi lebih dekat satu sama lain tidak seperti mahasiswa di universitas lain yang hanya sekelas dengan mata kuliah yang kebetulan sama. Di STAN persaudaraan begitu terasa, nah di setiap kelas harus ada 1 orang ketua kelas dan 1 orang wakil ketua kelas. Ketua kelas ini nantinya akan menjadi kepanjangan tangan sekretariat spesialisasi yang bersangkutan. Juga sebagai penyambung antara dosen dan mahasiswa lainya. Jadi peran ketua kelas di STAN bukan suatu hal yang mudah.

Mengapa bukan suatu hal yang mudah? Ya, karena ketua kelas di STAN sudah di-sterotipkan mempunyai tanggung jawab atas kelulusan teman sekelasnya. Walau pun bukan seperti itu sebenarnya, ini hanya anggapan mahasiswa kebanyakan, dan lama-lama ini menjadi suatu beban moral bagi si ketua kelas yang besangkutan. Ketua kelas harus lebih dekat dengan para dosen, bukan untuk maksud lain tetapi untuk menjalin komunkasi antara kelas dengan dosen yang bersangkutan. Selain itu ketua kelas juga harus pintar-pintar mengatur jadwal perkuliahan karena kebanyakan dosen di STAN adalah praktisi yang sibuk. Jadi untuk jam perkuliahan harus menyesuaikan dengan jadwal para dosen.

Tugas ketua kelas ini saya sendiri alami, di semester 4 tepatnya. Saya menggantikan teman saya karena ia tidak mau jadi ketua kelas di semester genap. Padalah sebelumnya saya tidak berpengalaman sekali pun menjadi ketua kelas di STAN, hanya berbekal kemampuan seadannya. Kebetulan sewaktu di SMK saya menjadi ketua OSIS, jadi saya tidak kaget dengan beban ini. Namun, yang menjadi pemikiran saya adalah, sterotip mahasiswa STAN kebanyakan bahwa ketua kelas mempunyai tanggung jawab atas kelulusan mahasiswa lainya di kelasnya. Ini atas penunjukan teman-teman langsung, saat diadakan voting di dalam kelas, ternyata mereka kompak memilih saya. Awalnya saya sempat ragu lantaran tidak berpengalaman tadi. Namun, toh mereka tetap mendesak saya menjadi ketua kelas.

Waktu bejalan selama satu semester di semester 4 ini. Tidak mudah melewati semester ini, selain karena mata kuliah yang sulit juga karena faktor internal kami. Terutama saya, saya teledor me-manage waktu. Sehingga beberapa mata kuliah saya belajar dengan sistem kebut semalam (SKS). Ini akan menjadi pelajaran sangat penting bagi hidup saya ke depan. Sangat tidak efektif, nilai saya jatuh, dan saya sudah bukan Agus yang dulu pertama kali datang ke sini yang terartur. Mungkin teman sekelas saya juga mengalami hal yang sama. Tapi, beberpa teman wanita di kelas tampaknya tidak. Apa daya, saya sudah ketinggalan pelajaran terlampau jauh, bahkan ada mata kuliah yang tidak saya baca sema sekali pada bab tertentu padahal keluar di ujian. Jadilah nilai saya berguguran bak dau di musim kemarau.

Mungkin faktor lelah juga, saya akui di semester 4 ini saya mempunyai kegiatan yang tidak banyak sih, namun menyita perhatian dan waktu. Sehingga belajar pun jadi tidak maksimal. Penyesalan pun tidak berguna.

Ujian akhir pun berakhir, tanggal 5 Agustus 2011. Kawan-kawan pulang ke kampung halaman masing-masing. Tinggalah saya dengan tugas saya sebagai ketua kelas. Sebenarnya banyak dan sepertinya semua selain saya ketua kelas yang lain pulang juga ke kampung halaman. Saya memilih tinggal di kos agar lebih fokus akan tugas saya sebagai ketua kelas. Saya akan mempunyai banyak kegiatan dan menjadi kurang fokus jika saya berada di rumah. Jadilah saya penunggu kampus STAN. Hehe.

Dari selasai ujian sampai akhir-akhir menjelang rapat kelulusan tanggal 15 September 2011 saya mulai rajin menanyakan hasi ujian ke dosen-dosen dan juga menanyakan apakah ada teman yang nilainya jatuh. Rasanya yang paling cerewet mungkin saya dari ketua kelas yang lain. Ahh, tidak apa lah yang penting teman-teman saya bisa lulus. Tidak mudah dan sangat tidak mudah. Liku-liku menjadi ketua kelas newbie saya alami, saya tidak berpedoman pada pengalaman lantaran saya tidak mempunyai pengalaman sebelumnya sebagai ketua kelas. Saya hanya mengandalkan kegigihan saya untuk menanyakan hasil ujian ke dosen yang besangkutan. Benar saja, bebarapa mata kuliah mengkhawatirkan. Salah satunya mata kuliah Hukum Keuangan Negara, dan saya akui ini mata kuliah tersulit untuk saya selesaikan permasalahanya. Energi saya sangat terkuras menghubungi dosen HKN, mulai dari menanyakan apakah ada nilai teman saya yang jatuh, menanyakan tugas remedial, mengumpul ke dosen yang besangkutan, dan menanyakan kembali ke dosennya untuk meyakinkan apakah sudah benar-benar aman teman-teman saya.

Tapi, ini menjadi pengalaman dan guru dalam hidup saya ke depan. Saya sadar bahwa memimpin itu bukan menguasai, karena kepemimpinan itu lekat degnan kekuasaan. Memimpin bagi saya adalah suatu pengabdian yang luhur, pengorbanan yang ikhlas, dan memberi teladan yang sungguh-sungguh. Jika seorang pemimpin mengharapkan akan mendapat reward atas kekuasaan yang ia dapat, maka ia bukan pemimpin. Pemimpin ialah mereka yang mempunyai jiwa pengabdian, pengorbanana, dan peneladanan. Sungguh ini menjadi pengalaman yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya, sungguh indah pengabdian itu.

Hingga di titik puncak bagi ketua kelas di STAN yaitu hari rapat kelulusan datang. Perasaan gundah, cemas, dan rasanya tidak ada hasrat melakukan sesuatu selain memikirkan apakah nanti teman sekelas saya ada yang tidak lulus, apakah nanti bagaimana, dan seterusnya... istilah sekarang mengatakan, GALAU. Saya tipe orang yang prepared. Saya sebenarnya dari sebelum rapat kelulusan sudah mengamati mana teman saya yang membutuhkan perhatian extra. Setidaknya yang rawan tadinya ada 6 orang dan setelah saya analisa 4 orang yang menjadi fokus saya. Nilai dari sekretariat pun sudah saya tahu, 7 dari 8 mata kuliah. Setidaknya itu menjadi modal saya mengkalkulasi perolehan IPK kami, dan berdasarkan kemungkinan terburuk ternyata tidak ada yanb tidak lulus. Artinya kemungkinan besar kami semua lulus.

Dan hari saat tanggal 15 September 2011 sekitar pukul 15.00 saya memberanikan diri menelfon salah satu dosen yang sedang rapat, saya tanyakan bagaimana kelas kami. Dan jawabannya adalah, kelas 2E LULUS SEMUA. Segera saya jarkom (infokan) ke teman-teman. Dan saya merasa, kegigihan dan ketekunan saya membuahkan hasil...rasa senang karena telah menjalankan tugas dengan baik saya rasakan. Namun, sayangnya tidak semua kelas mengalami hal seperti kelas saya. Masih ada yang tidak lulus... saya pun menyimpulkan seraya berdoa semoga kawan seangkatan yang tidak lulus diberi kekuatan dan ketabahan bahwa inilah yang terbaik dari Tuhan untuk mereka...
SEMOGA ENGKAU LEBIH SUKSES KAWAN...

0 comments :

Post a Comment